Makna Sebuah Kekurangan


“Kahlil Gibran”. Melihat nama ini tercetak di sebuah buku tipis  berwarna orange di perpustakaan daerah kota Yogyakarta, saya secara langsung segera mengambilnya dan senantiasa tak sabar membacanya. Ku lihat judul sampul bukunya yang tertuliskan “Renungan Tentang Sang Khalik”, hal ini menambah keinginanku untuk segera membaca isinya. Tak kusangka, ternyata buku ini berisikan tentang narasi-narasi atau semacam cerpen yang cukup pendek namun syarat akan makna.

Khalil Gibran yang lahir di libanon, 6 januari 1883 terkenal sebagai penyair, pelukis, pemahat, penulis, seniman seni rupa, sekaligus filsuf yang karya-karyanya telah diakui oleh dunia dan menginspirasi dunia.

Dalam kecanduan membaca karya-karya kahlil Gibran dalam buku ini, banyak inspirasi yang secara langsung merasuki pola pikir dan pikiranku terhadap sesuatu. Salah satu cerita yang cukup menarik perhatian saya, meskipun yang lain tidak bisa dikatakan tidak menarik, adalah
cerita yang berjudul “Si mata” yang terletak di halaman 36-37 dalam buku ini.

Suatu hari mata berkata, “Aku lihat dibalik lembah ini ada sebuah gunung tinggi terselimuti kabut kebiruan. Bukankah itu pemandangan yang indah?”. Si telinga menagkap perkataan itu dan setelah beberapa saat dengan seksama mendengarkan, ia berkata, “tetapi dimana gunung itu? Aku tak dapat mendengarnya?”. Kemudian si tangan ikut berkata. “Aku telah berusaha merasakan atau menyentuhnya, namun semua sia-sia, aku tak dapat menemukan gunung itu.”. kemudian mata berpaling ke arah lain, dan indera-indera yang lain mulai membicarakan khayalan aneh si mata. Mereka pun berkata, “pasti ada sesuatu yang salah pada si mata”.

Membaca cerita ini, teman-teman pembaca mungkin secara langsung dapat melakukan penafsiran dan mengambil pelajaran atau hikmahnya. Sungguh banyak dan beragam pastinya penafsiran-penafsiran tersebut. Saya pun memiliki banyak tanggapan dan penafsiran terhadap cerita ini.

Namun satu hal yang ingin saya ceritakan dalam tulisan ini adalah tanggapan atau respon pertama yang muncul di benakku setelah membaca tulisan ini.

Coba diumpamakan kasus ini, berlaku terbalik dan serupa. Misal. Si telinga berkata, “aku mendengar suara biduan itu begitu merdu dan mengiang terus di telingaku. bukankah itu lagu yang sangat indah?”. Si mata berkata, ”tapi dimana suara itu, aku tak dapat melihatnya?”. Kemudian si tangan ikut berkata, “Aku telah berusaha merasakan atau menyentuhnya, namun semua sia-sia, aku tak dapat menemukan suara itu”. Hal serupa pun akan terjadi dengan si tangan, bahwa ada yang bisa dilakukan si tangan tapi tidak bisa dilakukan oleh si mata dan si telinga.

Dengan perbandingan semacam itu, saya mengambil kesimpulan segala sesuatu memiliki kekurangan dan kelebihan. Dibalik kekurangan pasti ada kelebihan. Dibalik kelebihan pasti ada kekurangan. Beragam contoh dan permisalan yang dapat kita lakukan untuk mendukung pernyataan tersebut. Saya sengaja tidak menuliskan contoh permisalan tersebut agar teman-teman pembaca, imajinasinya tidak terbatasi oleh contoh yang saya kemukakan. Selalu optimis dan giat berusaha dan rajin belajar maka kita akan menjadi pemenang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reflexion Time : Setelah Setahun Bekerja

Touring Sulawesi Selatan (Part 1)

Goes To Bali & Lombok | It's Started