Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

Sebuah Cita-Cita

Gambar
“Cita-citamu apa nak?”,  “Dokter!”,  Jawab si anak tegas terhadap pertanyaan si ibu. “nanti kalo sudah jadi dokter, maunya jadi dokter di desa ini atau di kota?”, “di kota lah bu!”, kembali si anak menjawab dengan tegas. “kenapa?” Tanya si ibu karena penasaran. “ya karena di kota lebih keren!” Jawab si anak kembali tanpa ragu. Di atas tadi cuplikan dialog antara si ibu dengan si anak terkait cita-cita. Cuplikan itu menggambarkan pola pikir dari sebagian besar generasi muda di Indonesia. Sebagian besar generasi muda telah berani memiliki cita-cita. Ini merupakan suatu hal yang sangat positif dan potensial bagi kemajuan bangsa Indonesia di masa mendatang. Beragam cita-cita yang mereka miliki, ada yang mau menjadi presiden, menjadi dokter, guru, tentara, pilot atau pengusaha kaya. Cita-cita mereka tersebut, dapat dikategorikan merupakan cita-cita besar dan berpotensi mengubah nasib suatu bangsa. Alhamdulillah faktanya sangat sedikit generasi muda yang bercita-cita untuk menjadi tukan

Sikap Terbaik

Gambar
sumber : sovira12.wordpress.com Dalam tulisan sebelumnya, saya pernah menyinggung tentang pentingnya kebijaksanaan dalam upaya menentukan sikap dan posisi guna memberikan kebermanfaatan bagi orang lain. Lalu pertanyaan selanjutnya posisi seperti apakah yang benar? Etika seperti apakah yang harus dilakukan sebagai upaya penyikapan? Dalam pembahasan sikap terbaik atau pun etika yang harus dilakukan pun terdapat perbedaan pandangan. Sebelum beranjak ke perbedaan tersebut, alangkah baiknya kita mengetahui dulu sesuatu yang akan kita bahas, yaitu etika. Etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Secara umum etika terkait dengan permasalahan sesuatu yang baik dan yang buruk. Nah, sikap yang baik guna bermanfaat kepada orang lain itu yang seperti apa? Sedangkan sikap yang buruk yang dapat menimbulkan mudharat bagi orang lain itu yang seperti apa?

Mencapai Kebahagiaan

Gambar
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”, terdengar sebuah ungkapan bijak dari dosenku di kelas. Keseriusan dan kejenuhan yang awalnya memenuhi benakku, setelah mendengar kalimat ini, otakku secara spontan tertarik untuk lebih memikirkan kalimat itu. Dalam pencarianku di mbah Google, ternyata kalimat ini merupakan kalimat yang dikutip dari salah satu hadits nabiullah Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Daruquthni. Bunyinya : Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni). Dari kalimat itu, saya kembali teringat tentang “kebahagiaan”. Menurut beberapa filosof yunani bahwa

Jilbab dan Aurat dalam pandangan islam

Gambar
Antropologi Jilbab Secara historis, jilbab telah dikenal sejak lama misalnya di Yunani dan Persia sebelum Islam datang. Motivasi yang melandasi tumbuhnya tradisi berjilbab beragam. Bagi masyarakat Persia, Jilbab digunakan untuk membedakan perempuan bangsawan dengan perempuan biasa dan Perempuan yang sudah menikah (masih bersuami atau janda). Seorang perempuan yang diperistri oleh seorang laki-laki dan perempuan tersebut belum dijilbabkan maka statusnya adalah gundik bukan istri sah. Jadi jilbab bagi masyarakat Persia dulu digunakan untuk menunjukan eksklusifitas kelas. Sementara bagi masyarakat Yunani, Jilbab berkaitan erat dengan teologi atau mitologi menstruasi. Perempuan yang sedang menstruasi harus diasingkan secara sosial karena diyakini dalam kondisi “kotor” sehingga mudah dirasuki Iblis. Untuk menghalangi masuknya Iblis ke diri perempuan tersebut maka harus ditutupi jilbab sehingga iblis tidak bisa masuk. Dan, bisa jadi dalam kultur masyarakat tertentu memiliki fungsi yang ber

Kesibukanku (2)

Sebenarnya kalau mau diusut lagi, kesibukan dan kepenatan yang kualami saat ini tidak semua disebabkan oleh kepanitiaan shalawatan tersebut. Kepenatan berlebihan yang kini saya rasakan karena aktifitasku beberapa hari ini yang tidak seperti biasanya yang berjalan hampir secara berlanjutan. Aktifitas pertama terjadi pada hari kamis, tepatnya pukul 00.00 WIB saya dan teman-teman se-kontrakan melakukan perjalanan ke jepara guna mendatangi akad pernikahan temannya teman sekontrakanku. Dia dan teman sekontrakanku, keduanya merupakan anggota pengurus besar HMI-MPO. Perjalanan yang dimulai tepat tengah malam ini memang sudah direncanakan sebelumnya karena berdasar kalkulasi waktu kita akan sampai di jepara jam 5.30 WIB. Sedangkan berdasar perkiraan, akad akan dilakukan pagi hari. Meskipun nyatanya akad dilakukan jam 12.00 WIB, sehingga saya dan rombongan kontrakan tidak dapat mengikuti proses akadnya. Meskipun hal ini cukup menyedihkan bagi kami yang sudah meniatkan datang dari Jogjakar

Kesibukanku (1)

Sungguh beberapa hari yang lalu merupakan hari-hari yang menyibukkan dan melelahkan. Tapi aku sangat senang telah dan mampu menjalaninya dengan optimal. Kesibukan ini dimulai sejak awal-awal November 2011 kemarin. Kebetulan sekitar seminggu sebelumnya saya mendapat amanah untuk menjadi pendamping kepanitiaan shalawatan bersama habib syeikh yang rencananya akan diadakan di kampusku, fakultas ekonomi UII. Dengan bermodalkan semangat dan niat untuk membalas pembolosan yang dilakukan pada beberapa event besar kegiatan organisasi saat ramadhan 1432H, saya menerima amanah itu. Akhirnya dimulailah awal perjuanganku di bulan November. Perjuangan ini ku mulai dengan banyak melakukan koordinasi dengan panitia-panitia pioneer yang telah dibentuk sebelumnya oleh organisasi terkait kegiatan shalawatan tersebut. Namun ternyata, di dalam struktur kepanitiaan tersebut terdapat keroposan atau permasalahan yang cukup fatal dikarenakan ada beberapa panitia yang ditunjuk oleh organisasi belum menyatak