Goes To Bali & Lombok | 2nd Day (Part 1)



2 Januari 2015.

Jam 04.00 WITA, suara alarm hapeku berdering dengan sangat keras dan membangunkanku. Alarm tersebut sengaja saya pasang sangat dini, dikarenakan saya berencana melihat sunrise di pantai sanur pagi ini. Meskipun hanya tertidur selama  4 jam, namun tenagaku terasa telah pulih. Semalam memang saya tidur agak larut dikarenakan masih melakukan fixasi, persiapan dan browsing terkait lokasi yang akan saya kunjungi pada tanggal 2 januari 2015.

Bermodalkan google map dan earphone, saya mulai perjalanan menuju Pantai Sanur. Kondisi Jalanan yang saya lalui masih sepi dan jarang ada kendaraan yang lalu lalang, perjalanan terasa begitu cepat dan tanpa hambatan. Sesampainya di sanur, kondisi nya masih terbilang gelap. Namun tak disangka, sudah banyak pengunjung yang berada di pantai sanur ini. Mereka mungkin memiliki tujuan yang sama dengan saya yaitu menantikan terbitnya sang fajar di pantai timur pulau bali ini. Hembusan angin pantai dan suara gemuruh ombak kembali menyambut kedatanganku. Suasana tersebut terasa memanjakan diri dan membuat rasa letihku menjadi lenyap seketika. Pantai memang selalu bisa menghiburku.

Rute Terminal ubung menuju Pantai Sanur

Karena kondisi masih sangat gelap, saya melakukan observasi dan mencari-cari lokasi yang strategis untuk menantikan sunrise di pantai ini. Ternyata pantai ini menyediakan anjungan lagi yang mengarah ke tengah laut, sehingga tanpa pikir panjang saya segera berjalan mengikuti anjungan tersebut ke arah laut. Sesampainya di tepi anjungan, tak disangka di lokasi ini sudah banyak pengunjung yang bercanda ria. Karena kondisi gelap, sehingga saat baru tiba di pantai ini saya tidak melihat ujung anjungan dan para pengunjung yang ada di tepi anjungan ini. Ada yang sedang duduk di bebatuan tepi anjungan dan menghadap ke arah timur, ada juga yang lagi sibuk mencari posisi strategis untuk meletakkan tripot kamera mereka. Saya pun langsung duduk di pinggir pendopo yang tersedia di anjungan ini. Tarikan nafas panjang sambil menutup mata serta melebarkan telinga adalah hal pertama yang saya lakukan untuk menghayati dan meresapi keindahan pantai pagi ini.

Semakin lama menanti, semakin banyak pengunjung yang berdatangan dan memenuhi tepi anjungan ini. Saya juga sempat ngobrol-ngobrol dengan pengunjung lain yang ternyata mayoritas berasal dari luar bali. Mereka pun sedang berlibur ke pulau bali bersama rombongannya masing-masing. Suasana langit makin cerah namun awan tebal juga masih tak mau bergeser dari ufuk timur. Melihat kondisi ini, sebagian pengunjung ada yang kecewa dan segera meninggalkan pantai sanur ini karena tidak bisa melihat sunrise. Meskipun saya juga sedikit kecewa, namun saya tidak mau membiarkan hari ini saya awali dengan kekecewaan. Saya segera berdiri, dan sekali lagi mengangkat tangan dan menghirup hembusan angin pantai sambil menutup mata. Hape dan tongsis pun segera saya siapkan untuk mengambil sedikit potretan dari pantai ini.
 






Setelah berpuas ria dengan keindahan pagi di pantai ini, saya segera beranjak dan kembali ke penginapan. Sesampainya di penginapan, saya segera bersiap kembali menuju target lokasi selanjutnya, yaitu Ulun Danu temple yang berada di wilayah bedugul, Bali. Sebelum berangkat, saya konfirmasi dahulu ke penjaga penginapan bahwa hari ini saya akan check out jam 14.00 WITA. Awalnya pihak penginapan tidak menyetujui karena based on ketentuan, maksimal check out adalah jam 12.00 WITA. Namun setelah sedikit lobi dan menjelaskan bahwa saya check in juga sekita jam 14.00 WITA di hari sebelumnya, akhirnya mereka menyetujui keinginan saya. So berangkat lah saya ke arah bedugul dengan menggunakan motor yang telah saya sewa.
Rute Terminal Ubung menuju Bedugul

Awal perjalanan menuju bedugul dari terminal ubung terbilang banyak belokannya. Tanpa adanya google map dan earphone, sangat besar kemungkinan saya akan tersesat. Setelah beberapa kali belokan, akhirnya jalan selanjutnya yang saya tempuh terasa lurus terus ke arah utara. Deretan rumah khas bali yang memiliki tempat-tempat pemujaan di halaman rumahnya serta hiasan dari janur kelapa yang berdiri tegak di pinggir jalan membuat perjalanan yang saya tempuh kali ini memiliki kesan tersendiri. Kebudayaan dan hinduism terlihat sangat kental. Semakin dekat dengan lokasi wisata, perjalanan yang saya lalui pun cenderung mendaki dan penuh dengan kelokan tajam. Panorama alam yang disuguhkan dalam perjalanan kali ini menurutku sangat luar biasa. Di kanan jalan, Terpampang jelas dataran hijau  dan pegunungan yang layaknya landscape yang selalu saya gambar saat pelajaran kesenian (menggambar) sewaktu SD. Subhanallah. Berikut beberapa foto yang saya ambil selama perjalanan menuju Ulun Danu temple.



Sesampainya di kawasan wisata Ulun Danu Temple, saya segera memarkirkan motor dan bergegas menuju candi Ulun Danu. Tak sabar rasanya hendak melihat candi yang selama ini hanya bisa saya lihat di internet dan TV. Meskipun saya tiba di lokasi wisata ini terbilang pagi, namun pengunjung sudah cukup ramai. Ada beberapa pengunjung yang sudah berpose dan berfoto ria, ada yang menyewa perahu untuk berkeliling danau, bahkan ada pula yang sedang foto pra wedding di lokasi ini. Saya pun tidak mau kalah dengan mereka, segera saya keluarkan hape dan tongsis kemudian bereksis ria, hehe.



Sesekali saya terheran melihat beberapa pengunjung berfoto sambil menunjukkan lembaran uang Rp 50.000,-. Awalnya pikirku, mereka harus membayar Rp 50.000,- kepada penyedia jasa sewa foto untuk biaya foto dan langsung cetak di lokasi tersebut. Namun ketika saya perhatikan baik-baik, mereka tidak memberikan duit tersebut ke tukang foto namun mengantonginya kembali. Kemudian saya terpikirkan satu kemungkinan dan berandai-andai. Dengan penasaran, saya pun juga segera mengocek isi dompet dan mengambil lembaran uang Rp 50.000,- yang saya miliki untuk memastikan kemungkinan yang saya pikirkan tersebut. Ternyata benar, Landscape Ulun Danu Temple ini berada di lembaran uang Rp 50.000,-. Haha. Baru nyadar saya rek. So tanpa basa-basi, segeralah saya berfoto ria dengan si duit biru ini. Hehe


Setelah berpuas ria melihat dan berfoto, saya memutuskan untuk berkeliling memutari candi ini dan mengambil foto dari sudut yang lain. Dari sudut pandang yang lain, candi ini terlihat tak kalah indah. Tersirat niatan untuk ikutan menyewa perahu dan berkeliling danau, namun karena saya pikir waktu yang saya miliki harus saya buat seefektif mungkin, maka saya memutuskan untuk keluar dari kompleks candi ini.




Setelah keluar dari candi ini, kembali saya laju motor saya menuju destinasi selanjutnya, pantai kuta. Rencananya saya akan menikmati pantai kuta dari siang hingga sore hari. Namun di pertengahan jalan, tiba-tiba saya terpikir dengan lokasi wisata lainnya yang juga terkenal yang ada di Bali, yaitu Ubud. Tanpa berpikir panjang, saya segera menghentikan motor dan membuka google map. Ternyata lokasi ubud dari lokasi saya saat ini terbilang sangat dekat dengan hanya cukup menempuh jalanan beberapa kilometer ke arah timur. Akhirnya saya memutuskan untuk berbelok ke arah ubud. Sekali lagi google map berjasa besar membantuku sehingga tidak tersesat, mengingat jalur yang saya lalui menuju ubud sepertinya merupakan jalur pintas atau alternatif yang minim dengan penunjuk jalan. Tidak sampai satu jam, saya akhirnya tiba di wilayah ubud.
Rute Ulun Danu Temple menuju Ubud
Ubud yang saya lihat disini merupakan kompleks pusat perbelanjaan dan pusat kesenian khas bali. Mayoritas yang ada di tempat ini adalah tourist international. Bahkan orang lokal yang saya lihat selama di ubud ini bisa saya katakan dapat dihitung jari. Beragam bule sedang berbelanja, berlalu lalang dan menukarkan duit mereka di money changer yang banyak tersedia di lokasi ini. Saya memutuskan untuk berkeliling santai menggunakan motor di kompleks perbelanjaan ini sambil menikmati ramai dan ragamnya orang-orang bule yang sedang berbelanja. Saya kurang suka dengan belanja sehingga saya sama sekali tidak singgah dan berhenti di tempat ini, hanya sekedar berkeliling. Setelah puas mengeliliingi pusat perbelanjaan di ubud ini, saya memutuskan untuk langsung menuju Pantai Kuta.



Perjalanan menuju kuta saya ambil rute yang agak berputar dan melewati Jl. By Pass. Selain itu, saya tidak langsung mengambil arah ke kuta, namun saya mengambil jalur melewati jalan tol di atas laut menuju Bandar Udara International Ngurah Rai. Jalan tol yang saya lewati ini menurutku luar biasa, karena dapat berdiri kokoh di atas lautan. Bentuknya yang unik dan megah disertai pemandangan tanaman bakau  di kiri jalan menciptakan magnet tersendiri dari jalan tol ini. Meskipun harus membayar biaya tol Rp 4.000,- untuk kendaraan roda dua, namun menurutku biaya itu tidaklah sebanding dengan sensasi yang saya rasakan selama melewati jalan tol ini. 
 
Rute Ubud ke Pantai Kuta lewat Jl. by Pass

Setelah keluar dari tol, saya langsung mengambil arah ke kanan menuju pantai kuta. Sesampainya di kuta, segera saya parkirkan motor dan menuju bibir pantai. Pengunjung sudah sangat ramai memenuhi pantai ini. Ada yang sedang berfoto ria, belajar berselancar, berjemur dan ada juga yang berteduh di bawah pohon sambil berkelakar. Meskipun sedikit kotor, Kibasan ombak dan ramainya orang berselancar di pantai ini menurutku memberikan keunikan tersendiri. Soalnya selama saya menikmati indahnya pantai, baru kali ini saya disuguhkan dan melihat langsung orang berselancar di pantai. Ketika di pantai ini, salah satunya saya tertarik dengan anak bule yang sedang diberi kursus singkat cara berselancar. Saya memperhatikan dengan seksama cara pelatihnya menjelaskan cara berbaring, cara berdiri dan menjaga keseimbangan di atas papan selancar. Ada sih keinginan untuk belajar berselancar juga, namun waktuku Cuma sebentar di pantai ini. Saya harus segera bergegas ke penginapan jika sudah puas di pantai kuta ini dan menuju destinasi selanjutnya. Pantai Kuta juga sangat terkenal dengan bule-bulenya yang banyak berjemur di bawah terik matahari tepat di bibir pantai. Dan benar, banyak sekali bule yang berbaring sambil berjemur di pinggir pantai ini. Aurat yang terbuka dan terhidang di depan umum bagaikan hal yang biasa di tempat ini.

Komentar

  1. mantap cak, suatu hari saya juga pasti bisa seperti kamu.

    kelilingilah nusantara ini, maka kebahagian duniamu selalu bersama....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin ja...

      Selalu lah miliki mimpi. Setelah keliling nusantara, impian selanjutnya keliling dunia. Semoga terwujud. Amin

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reflexion Time : Setelah Setahun Bekerja

Touring Sulawesi Selatan (Part 1)

Goes To Bali & Lombok | It's Started