Goes To Bali & Lombok | 1st Day (Part 1)



1 Januari 2014.

Pukul 05.00 WIB, Saya tersadar dari tidur yang lelap dan juga menyadari ternyata saya masih berada di dalam bus. Kondisi penumpang di dalam bus yang saya tumpangi ini hanya sisa beberapa orang saja. Melihat ke jendela luar, tiba-tiba bibir ini tiada henti berucap “subhanallah” dan memuji indahnya hamparan pepohonan hijau di sepanjang jalan. Hijau, ya benar-benar hijau tanpa cacat. Dedaunan dan rerumputan hijau membuat hati ini langsung sejuk dan siap menghadapi hari ini dengan semangat baru. Setelah searching di Google, ternyata hamparan hutan pepohonan dengan daun-daun hijaunya ini dinamakan Taman Nasional Baluran. Taman Nasional ini terletak di Banyuputih, Situbondo. 


Pukul 05.50 WIB, Saya ahirnya sampai di tujuan, Terminal Sritanjung, Ketapang, Banyuwangi. Ternyata terminal ini juga merupakan pemberhentian terahir dari bus yang saya gunakan. Tidak segera menuju pelabuhan, saya memutuskan untuk merebahkan dan meluruskan badan sejenak di Mushola Terminal Sritanjung sebelum melanjutkan perjalanan panjang berikutnya. Jarak terminal Sritanjung ke Pelabuhan ketapang sekitar 3km. Lumayan jauh juga, sehingga saya memutuskan untuk menggunakan ojek motor menuju pelabuhan Ketapang dengan ongkos Rp 10.000,-. Sesampainya di Pelabuhan Ketapang saya segera membeli tiket kapal penyeberangan menuju pelabuhan Gilimanuk. Harga tiketnya terbilang sangat terjangkau, untuk penumpang dewasa hanya seharga Rp 8.000,-, sedangkan tiket anak-anak seharga Rp 6.000,-.

Pelabuhan penyeberangan menuju Pulau Bali yang berada di Banyuwangi ini, bisa dikatakan merupakan pelabuhan yang cukup besar. Banyak dermaga yang tersedia untuk bersandarnya kapal. Lalulintas kapal penyeberangan di pelabuhan ini pun tanpa henti selama 24 jam. Penumpang hilir mudik pun juga tanpa henti di pelabuhan ini. Ketika saya masuk ke pelabuhan ini, ada 2 kapal ferry yang baru mengangkat jangkar dan siap menyeberang, 2 kapal lainnya sedang menunggu penumpang, dan banyak kapal ferry lainnya yang masih berdiam di tengah selat menunggu antrian untuk bersandar di dermaga pelabuhan ketapang.

Penyeberangan dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali sebenarnya hanya membutuhkan waktu sekitar 30an menit. Namun karena banyaknya kapal yang juga ingin bersandar di Pelabuhan Gilimanuk menyebabkan kapal  ferry harus melakukan antrian dan menghabiskan waktu yang lebih lama di atas lautan. Selain itu, terdapat perbedaan waktu antara Banyuwangi dan Bali, dimana Banyuwangi termasuk zona Waktu Indonesia Barat (WIB) sedangkan Bali termasuk zona Waktu Indonesia Tengah (WITA). Perbedaan waktu tersebut menyebabkan perjalananan yg realnya hanya ditempuh 50-60 menit hingga bersandar di dermaga Pelabuhan Gilimanuk, jadinya ditempuh dalam 2 jam.

Welcome Bali.

Tepat Jam 07.50 WITA, kapal ferry penyeberangan yang saya tumpangi bersandar di Dermaga Pelabuhan Gilimanuk. Sebelumnya, Di atas kapal penyeberangan, saya juga sempat berkenalan dan bercanda dengan penumpang lain sekaligus bertanya terkait rute termudah menuju Legian Street di Kuta, Bali. Namun karena tidak ada penjelasan memuaskan yang bisa saya peroleh dari kenalan penumpang di atas kapal penyeberangan, akhirnya saya inisiatif bertanya ke petugas pelabuhan Gilimanuk. Berdasarkan info dari petugas pelabuhan, tidak ada penyewaan motor yang ia ketahui di dekat pelabuhan Gilimanuk. Namun mereka memberikan info dan saran agar saya menuju terminal ubung saja dan menyewa motor yang banyak tersedia di Terminal Ubung, Bali. Petugas tersebut pun mengarahkan saya menuju Terminal Gilimanuk untuk mencari bus menuju Terminal ubung.

Terminal Gilimanuk berada tepat di depan pelabuhan Gilimanuk. Baru selangkah keluar dari gerbang pelabuhan, Calo bus sudah banyak yang menawarkan jasanya kepada saya dan para pejalan kaki lainnya yang baru tiba di pelabuhan gilimanuk. Salah satu calo menjelaskan bahwa saat ini bus besar sudah tidak bisa lagi langsung menuju Terminal Ubung, namun mereka hanya bisa sampai Terminal Mengwi saja. Kemudian dia lanjut menawarkan harga jasa transportasinya yang langsung menuju Terminal ubung dan terbilang cukup murah, yaitu seharga Rp 40.000,-. Melihat niat baiknya menjelaskan dan harga yang ditawarkannya terbilang normal, sehingga saya memutuskan untuk memilih jasa transportasinya. Transportasi yang dimilikinya berupa Bus kecil atau sejenis metro mini. Di Bus ini pun saya berkenalan dengan penumpang lain, yaitu Arie yang merupakan seorang mahasiswa fisioteraphy UMS yang sedang mengisi liburan awal tahun dengan mudik ke kampung halamannya, Lombok.

Jam 08.30 WITA, Bus mini yang saya tumpangi mulai berangkat menuju Terminal Ubung. Perjalanan yang ditempuh menuju Terminal Ubung terbilang sangat lama. Meskipun di Google Map tercantum Jarak Terminal Gilimanuk ke Terminal Ubung sekitar 124 km dengan jarak tempuh normal tanpa macet 1 jam 58 menit, namun saya baru tiba di terminal ubung sekitar jam 13.10 WITA. Perjalanan tersebut menjadi lebih lama dikarenakan Bus yang kami tumpangi berjalan lamban dan sesekali berhenti untuk menaikkan atau menurunkan penumpang.

Banyak hal menarik yang saya lihat dalam perjalanan menuju Terminal Ubung ini. Ketika baru keluar dari wilayah terminal Gilimanuk, hamparan pepohonan rindang menghiasi sisi kiri dan kanan yang saya lalui. Di pinggiran jalan utama, banyak terlihat monyet kecil yang sedang bermain dengan sesamanya tanpa rasa takut dengan kendaraan yang berlalu lalang di depannya. Ketika Bus baru mulai berjalan sekitar 15an menit, tiba-tiba bus berhenti dan Pak Supir meninggalkan singasananya dan segera keluar. Dengan penasaran, saya segera melirik keluar apa yang telah terjadi. Tak disangka, ternyata Pak Supir dan kernetnya singgah di tempat pemujaan di pinggir jalan utama dan meminta doa dan restu dari penjaga tempat pemujaan tersebut. Penjaga pemujaan itu berkomat-kamit mendoakan Pak Supir dan Kernet, sambil sesekali memercikkan air ke bus yang saya tumpangi dan juga ke kedua orang tersebut. Setelah didoakan, dengan wajah yang basah dengan air serta beberapa biji beras yang tertempel di keningnya, Pak Supir dan Kernetnya kembali naik ke Bus dan menjalankannya kembali. Bus kembali berjalan normal menuju Terminal Ubung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reflexion Time : Setelah Setahun Bekerja

Touring Sulawesi Selatan (Part 1)

Goes To Bali & Lombok | It's Started