pada postingan pertama saya kali ini, saya akan mencoba menyalin notulen saya dari pengajian di pesantren daarus sholihat, yogyakarta yang rutin diadakan setiap kamis dan sabtu sore ba'da ashar untuk umum.

meskipun kedatangan saya agak telat, tapi alhamdulillah saya masih mendapat kesempatan untuk mengikuti majelis ilmu di salah satu pesantren di yogyakarta ini. pada slide pertama yang saya lihat, tertulis sebuah kalimat "segala peristiwa adalah tangga-tangga menuju kesadaran". dalam benak saya langsung timbul pertanyaan, mengapa dikatakan menuju kesadaran, bukannya segala peristiwa itu terjadi saat kita sadar. ternyata pandangan saya terhadap kesadaran ini berbeda dengan pandangan ustadz yang membawa pengajian ini.

menurut ustadz, orang yang sudah melek dari tidur belum tentu dia sudah sadar. meskipun seorang individu sudah terbangun dari tidurnya tidak menuntut kemungkinan bahwa dia telah sadar.

dalam hal ini, kesadaran dibagi menjadi 4 sentuhan, yaitu:

1. kesadaran untuk syukur terhadap apa yang telah diberikan Allah SWT kepadanya.
orang yang sadar adalah orang yang menyadari akan ni'mat Allah yang diberikan kepadanya, kemudian dia bersyukur kepada Allah atas ni'mat tersebut. sewaktu SMP, saya sering mendengar kalimat-kalimat perumpamaan terhadap banyaknya ni'mat Allah ini dari da'i-da'i muda. diantaranya berbunyi: "andaikata lautan menjadi tintanya, ranting-ranting pepohonan menjadi penanya, langit dan bumi menjadi kertasnya, maka sungguh itu semua tidak cukup untuk menghitung banyaknya ni'mat Allah SWT".

2. kesadaran bahwa keahlian adalah ketekunan yang dibiasakan
seseorang akan dikatakan ahli dalam sebuah bidang, maka tentunya itu disebabkan karena ketekunan dalam menggelutinya dan kebiasaan menggelutinya. seorang tidak akan dikatakan ahli al-Qur'an jikalau dirinya tidak tekun dan tidak membiaskan diri dalam membaca, menghafal, dan memahami, serta mengamalkan al-Qur'an. begitu pun ahli-ahli lainnya. seseorang akan dikatakan ahli jika dia tekun dan biasa melakukannya.

3. kesadaran untuk menganggap biasa segala hal yang memang biasa.
4. kesadaran untuk menganggap luar biasa segala hal yang memang luar biasa.

sesuatu itu akan dikategorikan biasa atau luar biasa berdasarkan batasan-batasan tertentu, yaitu:
a. biasa adalah segala sesuatu yang tidak menimbulkan pengaruh dan akibat apapun untuk hidup sesudah mati.
b. luar biasa adalah segala sesuatu yang menimbulkan pengaruh dan akibat apapun untuk hidup sesudah mati.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reflexion Time : Setelah Setahun Bekerja

Touring Sulawesi Selatan (Part 1)

Goes To Bali & Lombok | It's Started