Goes To Bali & Lombok | 3rd Day (Part 1)
3 Januari 2015
Jam 05.00 WITA saya terbangun
dari tidur lelapku. Saya kembali tersadar bahwa saat ini saya berada di Lombok,
tepatnya di toko Bang Zuheir, orang baiknya lombok yang baru saya kenal di atas
kapal penyeberangan dari Bali menuju Lombok. Setelah kesadaranku semakin utuh,
saya segera melakukan browsing dan melakukan fixasi rencana yang akan saya
lakukan hari ini. Selain itu, saya segera mencari dan membuat list penyedia
jasa penyewaan motor yang ada di kota mataram.
Jam 06.00 WITA saya mulai
menghubungi nomer telepon penyedia jasa penyewaan motor yang telah saya list
sebelumnya. Sebagian besar penyedia jasa penyewaan motor yang saya telpon
menyampaikan bahwa stock motor sewaannya telah habis. Sedikit kekhawatiran menghinggap
kembali ke benakku. Bagaimana jika saya tidak mendapatkan penyewaan motor, apa
yang akan saya lakukan selama di lombok, dan bla bla bla. Tidak mau semakin
khawatir, Saya kembali memutuskan untuk melakukan browsing dan akhirnya saya
mendapatkan kontak Hotel yang menyediakan jasa penyewaan motor di kota Mataram.
Tanpa ragu, segera saya menghubungi nomer hotel tersebut dan menanyakan
ketersediaan stock motor yang bisa disewakan. Pihak hotel menginformasikan
bahwa stock motor sewaan mereka masih tersedia. Biaya sewa motor normalnya
adalah Rp 60.000,- selama 24 jam, namun dikarenakan ini adalah hari liburan,
mereka menawarkan jasa penyewaan motor dengan harga Rp 75.000,-. Tanpa berpikir
panjang dan dengan hati gembira, saya segera membooking motor tersebut dan menginformasikan bahwa jam 07.00 WITA,
saya akan mengambil motor tersebut. Hotel tersebut adalah Hotel Internasional
yang terletak di Jl Gelatik No. 8, Cakranegara, Lombok. Nomer teleponnya adalah
(0370)631195 dan 08175768290, mungkin saja anda membutuhkannya.
Jam 07.00 WITA, Bang Zuheir
mengantarkanku ke lokasi hotel tersebut. Motor sewaan yang tersedia adalah
motor matic Honda Beat dan Spacy. Dikarenakan bagasi yang cukup besar dan
kondisinya lebih baik, saya memilih Motor Spacy sebagai kendaraanku selama di
lombok. Iseng bertanya terkait biaya inap per malam di penginapan ini, pihak
hotel menjelaskan bahwa kamar yang paling murah adalah seharga Rp
30.000,-/malam. Gokil murah banget.
Setelah mendapatkan motor, saya
dan bang Zuheir beriringan keliliing kota mataram. saya mengusulkan ke Bang
Zuheir untuk ngopi dan sarapan bareng dulu di kota mataram, namun setelah
berkeliling kota ternyata belum ada warung yang buka. Akhirnya rencana ngopi
dan sarapan itu tidak terlaksana dan saya diantarkan bang zuheir menuju
pertigaan yang mengarah ke jalur pantai senggigi. Dalam perjalanan tadi pun,
Bang Zuheir pun sempat menunjukkan gerbang menuju kompleks rumahnya yang berada
di wilayah ampenan, Lombok. Sesampainya di pertigaan, saya dan Bang Zuheir
kemudian berpisah. Luapan rasa dan ucapan terima kasih kembali saya sampaikan
kepadanya. Tanpa bantuannya, mungkin saja saat ini saya masih sedang di atas
angkot dari pelabuhan lembar menuju kota mataram.
Perjalanan pun saya mulai menuju
pelabuhan bangsal melalui jalanan pinggir pantai. Keindahan dan panorama bibir
pantai menghiasi perjalananku. Sesekali saya singgah di beberapa view point
yang saya anggap menarik. Deretan pantai senggigi dan pantai-pantai lainnya tak
pernah letih menyegarkan mata. Melihat tulisan ikan bakar, niat untuk sarapan
pagi kembali muncul di benakku. Akhirnya saya berhenti di Pantai Vulkanik Nipah
dan segera mencari warung penjual menu ikan bakar. Harga menu ikan bakar
termasuk sambal serta nasi adalah Rp 30.000,-. Sembari menunggu pesananku terhidang,
saya memutuskan untuk menikmati keindahan pantai dari pantai vulkanik nipah
ini. Landscape bibir pantai yang bagaikan bulan sabit, kemudian berlatar gunung
yang menjulang menambah pesona tersendiri dari pantai ini. Dari pantai ini pun
terlihat jelas deretan tiga Gili (Gili Air, Gili Meno dan Gili Terawangan) yang
menjadi salah satu destinasi utamaku selama di lombok. Setelah berpuas ria
dengan panorama pantai vulkanik nipah, saya segera menuju warung untuk
menanyakan pesananku. Ternyata pesananku belum juga selesai. Namun tak lebih 5
menit menunggu, pesananku sudah terhidang, yaitu Ikan Bakar disertai nasi dan
dua jenis sambal. Alhamdulillah luar biasa. Betapa indahnya hari ini, saya bisa
menyantap ikan bakar sambil menikmati indahnya pantai vulkanik nipah yang luar
biasa. Berikut beberapa foto yang sempat saya capture selama di pantai ini.
Setelah usai menyantap sarapan
pagi yang luar biasa ini, saya melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan bangsal.
Sepanjang perjalanan, banyak tersedia jasa speed boat penyeberangan menuju Gili
trawangan. Tentunya biaya yang ditawarkan mereka pun lebih mahal karena
cenderung untuk private dan group visitor. Tidak sampai setengah jam, akhirnya
saya tiba di Pelabuhan bangsal.
Kondisi pelabuhan ini sudah penuh
dengan pengunjung yang akan melakukan penyeberangan. Penyeberangan menuju tiga
Gili dibagi menjadi 3 tempat. Penyeberangan menuju Gili Trawangan berada di
paling kiri pelabuhan, Penyeberangan menuju Gili Meno di tengah Sedangkan
Penyeberangan menuju Gili Air berada di sisi paling kanan pelabuhan bangsal.
Karena tujuan saya adalah Gili Air, saya segera menuju sisi kanan pelabuhan
bangsal ini. Sesampainya di sisi kanan pelabuhan, saya melihat sudah banyak
pengunjung yang sedang menunggu kapal penyeberangan. Saya segera menuju loket
untuk mendapatkan tiket penyeberangan. Namun ternyata saya sudah terlambat.
Penyeberangan akan dilakukan beberapa menit lagi, namun karena penumpangnya
sudah penuh sehingga saya harus menunggu kapal selanjutnya.
Penyeberangan menuju Gili Air
baru akan dilakukan jika penumpang kapal penyeberangan sudah berjumlah 30
orang. Masing-masing pengunjung yang akan menyeberang akan mendapatkan tiket
penyeberangan dengan tulisan nomer di atasnya. Jika tercantum di tiket angka
30, itu menunjukkan bahwa penumpang sudah berjumlah 30 orang dan kapal siap
berangkat. Ironisnya, angka yang tertulis di tiketku adalah angka 1. Hahaha ya
kawan, saya adalah calon penumpang pertama yang akan menyeberang. Itu artinya
saya harus menunggu 29 orang lagi agar dapat melakukan penyeberangan.
Sembari menunggu penumpang
berjumlah 30 orang, saya mengisi penantianku dengan ngobrol dengan orang-orang
pelabuhan, dengerin musik, menelpon orang tua dan berfoto ria. Tak sampai setengah
jam, tiba-tiba diinformasikan melalui pengeras suara bahwa penyeberangan menuju
Gili Air akan segera dilakukan. Hal itu menandakan bahwa calon penumpang sudah
genap 30 orang. Rasa gembira tentu saja menghampiriku. Segera ku ganti sepatuku
dengan sandal agar tidak basah saat naik ke atas kapal penyeberangan. Saya
segera menyerahkan tiket penyeberangan ke petugas penyeberangan dan segera naik
ke atas kapal.
Kapal yang saya tumpangi ini
terbilang sederhana. Penumpangnya pun beragam. Ada yang merupakan pengunjung
sepertiku, sebagian lainnya merupakan penduduk lokal Gili Air yang naik ke atas
kapal dengan membawa barang-barang belanjaan untuk dijual kembali di Gili Air. Ombak
yang saya lalui pun terbilang tinggi sehingga sesekali kapal yang saya naikku
agak berguncang hebat karena menabrak ombak yang tinggi tersebut. Karena ingin
melihat secara langsung kondisi ombak dan merasakan sensasi melawan ombak, saya
segera menuju bagian depan kapal dan mengambil posisi strategis agar dapat
melihat ombak. Panorama ombak dan landscape pulau Gili Air yang akan dituju memberikan
kesan keindahan tersendiri. Setelah 15 menit, akhirnya kapal ini bersandar di
dermaga Gili Air. Saya dan pengunjung lainnya segera turun dari atas kapal.
Gili Air. Tempat ini menjadi
destinasi utamaku karena terkenal akan keindahan biota lautnya. Dibandingkan
dengan Gili Trawangan dan Gili Meno, Gili Air merupakan tempat terbaik untuk snorkelingan.
Meskipun demikian, tidak berarti Gili Trawangan dan Gili Meno tidak menarik.
Kedua Gili tersebut memiliki kelebihannya masing-masing. Menurut informasi yang
saya peroleh, Gili Trawangan cocok untuk tempat berpesta dan melihat sunset.
Sedangkan Gili Meno kondisinya lebih tenang dan lebih cocok untuk bulan madu
dan mencari ketenangan. Saya hanya memilih Gili Air untuk dikunjungi karena
terbatasnya waktu yang ku miliki dan tujuanku adalah untuk menikmati air laut
dan snorkeling saja.
Setibanya di Gili Air, saya
segera bertanya ke petugas di mana lokasi snorkelingan terbaik yang ada di
tempat ini. Petugas mengarahkanku agar menuju ke arah kanan atau ke arah timur
pulau. Sambil berjalan kaki menuju arah timur pulau, saya pun mengamati Gili
Air ini. Sampah dan bekas perayaan malam tahun baru masih banyak tertumpuk di
pinggir pantai. Banyak sekali kapal penyeberangan yang sedang bersandar di
pinggir pulau ini. Bule-bule senantiasa berlalu lalang bahkan sepertinya hanya
ada bule sejauh mata memandang. Penduduk lokal dan berkulit sawo matang, khas
orang aseli indonesia hanya terlihat menjaga toko, warung, dan cafe miliknya
masing-masing. Mayoritas bahkan mungkin sekitar 85% orang yang ada di Gili Air ini
merupakan orang bule atau tourist dari luar negeri.
Akhirnya tiba lah saya di sisi
timur Gili Air. Banyak tersedia penyewaan alat snorkeling. Tanpa buang-buang
waktu saya segera mengunjungi tempat penyewaan pertama yang saya lewati.
Peralatan untuk snorkeling dan diving tersedia lengkap di tempat ini. Karena
tujuanku adalah snorkeling, saya segera menanyakan biaya sewa untuk peralatan
snorkelingan, yaitu masker dan snorkel. Ternyata biayanya cukup murah yaitu Rp
20.000,- sampai jam 6 sore. Karena saya kurang pandai berenang, saya pun
berencana menyewa sirip selam yang bentuknya seperti kaki katak dan baju
pelampung. Namun pihak penyedia jasa penyewaan menyarankanku untuk tidak perlu
menyewa sirip selam dikarenakan penggunaannya yang cukup susah bagi pemula,
cukup baju pelindung, masker dan snorkel aja. Karena saya benar-benar pemula
dalam melakukan snorkelingan, akhirnya tanpa banyak komentar, saya mengikuti
saran tersebut. Biaya sewa baju pelindung pun hanya Rp 20.000,-. Jadi total
biaya sewa yang saya keluarkan pun hanya Rp 40.000,-.
Saya segera berganti pakaian dan
meminta penjelasan dan bantuan dari bapak penyedia jasa penyewaan tersebut
cara menggunakan alat snorkelingan ini.
Sebagai seorang pemula, menurutku snorkelingan cukup mudah jika berdasarkan
penjelasan yang disampaikan. Saya cukup bernapas menggunakan snorkel dan terjun
ke laut. Tidak perlu takut tenggelam karena sudah ada baju pelampung. Hehe.
Setelah mendapatkan penjelasan dan bersiap, saya izin kepada bapak penyedia
jasa penyewaan untuk menitipkan barang-barang saya selama snorkelingan di
tempat tersebut. Selain itu, saya menanyakan kepadanya lokasi yang paling bagus
untuk snorkelingan, dan saya di arahkan menuju pantai depan cafe sunrise.
Sepanjang pantai dari depan cafe Sunrise ke arah timur Gili Air merupakan
surganya para snorkeler. Setelah sampai di pantai yang dimaksud, saya melihat
para Snorkeler lain telah banyak memenuhi lautan ini. Sebelum terjun ke laut,
saya sempat melirik ke belakang dan pinggir pantai ini. Banyak bule yang sedang
tidur dan berjemur di atas kursi santainya. Sedikit malu sih karena saya
menggunakan baju pelampung yang tentunya menjelaskan pada mereka bahwa saya
tidak pandai berenang. Tapi cuek, emang mereka kenal ama saya. Hahaha. Saya
langsung lompat ke laut dan snorkelingan.
Subhanallah. Snorkelingan
ternyata luar biasa. Keindahan karang, rumput laut, ikan-ikan kecil dan ikan-ikan
besar yang warna-warni sangat memanjakanku. Sensasi dan keindahan ini
menghiburku. Meskipun awalnya saya sedikit khawatir dengan kaca masker yang
saya gunakan karena sedikit berembun, namun setelah saya gunakan di dalam laut
embun itu sudah tidak ada lagi. Selain itu,
awalnya saya pun agak khawatir dengan penglihatanku karena mataku
sedikit rabun, tapi ternyata biota laut yang ada di lokasi snorkelingan
ini terlihat dengan sangat jelas dan
jernih. Karena terlalu gembiranya saya melihat ke bawah laut, saya tidak
meyadari bahwa saya sudah terbawa arus dan semakin menuju ke tengah dan ke arah
barat. Setelah menyadarinya, saya segera mengangkat kepala dan berenang ke arah
pinggir pantai. Ketika berenang ke tepi ini, tiba-tiba lengan dan kakiku terasa
sedikit keram. Saya semakin khawatir dan segera saya angkat kepala dan bagian
atas badanku dengan harapan ombak dapat mendorongku ke arah pantai.
Alhamdulillah saya akhirnya tiba di pinggir pantai. Karena kondisi hampir keram
tersebut, saya memilih istirahat terlebih dahulu di pinggir pantai. Setelah
merasa sedikit baikan, saya berjalan kembali ke arah timur dan segera
snorkelingan kembali. Saya melakukan snorkelingan sekitar 1,5 – 2 jam, dan saya
sangat bahagia dan menikmatinya. Sebenarnya masih ingin sih melakukan
snorkelingan, namun karena waktuku yang terbatas dan saya harus menuju
destinasi selanjutnya, maka saya segera meninggalkan tempat tersebut dan
mengembalikan semua alat snorkelingan yg telah saya sewa.
Karena banyaknya bule di Gili Air
ini, saya pun iseng bertanya terkait hal tersebut ke bapak penyedia jasa
penyewaan alat snorkelingan ini sembari saya mengembalikan peralatan yang telah
saya sewa. Ternyata Gili Air ini setiap harinya selalu dipenuhi oleh
pengunjung, khususnya pengunjung international. Selain berasal dari berbagai
macam negara, alasan para bule ke tempat ini pun beragam. Ada yang memang dalam
rangka libur sekolahan, libur kerja, dan bulan madu. Tidak hanya itu, menurut
penjelasan bapak pihak penyedia jasa penyewaan, diantara bule-bule itu ada juga
yang ke Gili air ini sambil kuliah. Tapi tentunya mereka kuliah online lah
soalnya di tempat ini gak ada universitas. Gokil gak tuh kuliah sambil
menikmati keindahan pantai. Haha.
Setelah berganti pakaian, saya
segera menuju dermaga Gili Air ini. Kali ini saya mendapatkan tiket yang
bertuliskan angka 6. Menurutku lumayanlah daripada angka 1. Hehe. Namun
ternyata meskipun saya merupakan orang ke-enam, saya harus menunggu lebih dari
sejam sampai penumpang genap 30 orang. Penantian ini menjadi lebih lama, karena
jumlah pengunjung yang ingin kembali ke pulau lombok di siang hari lebih
sedikit. Setelah lama menunggu, akhirnya saya baru melakukan penyeberangan jam
14.10 WITA menuju pelabuhan bangsal.
Komentar
Posting Komentar