Siapakah Aku


Ketika berbicara tentang siapakah aku, seketika itu juga otak kembali beroperasi dan berupaya menyatukan kembali mozaik-mozaik kenangan, pengalaman dan memori yang dimiliki tentang diri. Dulu aku adalah siswa, kini aku adalah mahasiswa. Dulu aku adalah bocah kecil, kini aku adalah cowok remaja. Dulu aku adalah Faturrahman, kini aku adalah Aunur Mahfud. Jadi, siapakah sebenarnya aku?
Aku teringat Buddha pernah mengatakan bahwa kehidupan merupakan suatu rangkaian proses mental dan fisik tak terputus yang membuat seseorang terus-menerus berubah. Bayi tidak sama dengan orang dewasa. Aku hari ini tidak sama dengan aku kemarin. Tidak ada sesuatu yang dapat dinyatakan “ini milikku”, dan tidak ada yang dapat dinyatakan “inilah aku”. Aku sependapat dan tidak sependapat dengan pandangan tersebut. Sependapat karena memang benar mental dan fisik individu selalu berubah-ubah dan menyebabkan individu pada hari ini  tidak sama dengan individu hari kemarin. Sedangkan tidak sependapat dikarenakan aku bisa mengatakan bahwa inilah aku dalam konteks universal (ketidakterbatasan waktu), dimana aku lah mahasiswa itu dan aku pula lah siswa itu, aku lah cowok remaja itu dan aku pula lah bocah kecil itu, aku lah Faturrahman dan aku pula lah Aunur Mahfud. Aku lah yang telah menjalani proses tersebut dan bukan orang lain.

Dari sudut pandang kosmik, aku hanyalah satu titik kecil dari banyaknya titik yang tidak terbilang di semesta alam. Aku adalah setitik kecil dari keluargaku, aku adalah setitik kecil dari sekelompok transmigran di desaku, aku adalah setitik kecil dari jutaan orang yang ada di mamuju, aku adalah setitik kecil dari 240an juta orang di Indonesia, aku adalah setitik kecil dari 6,85 miliar penduduk di seluruh dunia, dan aku benar-benar hanyalah setitik kecil dari semesta.
Jika menyadari keberadaanku di semesta, maka aku hanya merasa bagaikan rambut kecil yang baru tumbuh yang dikelilingi oleh rambut-rambut yang sedemikian banyak di kepalaku. Aku hanya merasa bagaikan bagian yang amat kecil yang tak terlihat dan hampir terabaikan karena didominasi oleh rambut-rambut lain yang lebih tebal, sehat, hitam, dan berkilau daripada aku. Aku sama sekali tak patut untuk merasa sombong dengan apa yang aku miliki saat ini karena sebenarnya aku hanyalah sehelai rambut dari jutaan rambut yang berada di kepala seseorang, dan hanyalah sehelai rambut dari triliunan rambut di seluruh kepala manusia.
Aku yakin bahwa setiap entitas yang ada di dunia ini memiliki fungsi, tugas atau peran tersendiri alias berbeda-beda sebagai bagian dari satu kesatuan. Oleh karenanya aku yakin pula bahwa aku memiliki tugas tertentu karena telah terlahir di dunia ini dalam bentuk manusia yang diberi label Aunur Mahfud.
Mulai dari titik inilah dimulai pencarian yang bagi sebagian orang cukup rumit. Tugas apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara menyelesaikannya menjadi sebuah pertanyaan yang mengantarkan diri untuk selalu berproses, belajar dan meningkatkan kemampuan. Pencarian ini sangat penting karena tugas inilah yang membedakan entitas aku dengan entitas yang lain dan sebagai tanda pengakuan akan keberadaanku di dunia.
Lalu pertanyaannya, apa tugasku yang sebenarnya? Untuk menjawab pertanyaan ini, aku berangkat dari insiprasiku yang ku peroleh setelah menonton film The Great Debaters, yaitu: What do you want to do? What I should do! What should you do? What I can do right Now. Dari percakapan singkat itu, saya berpendapat bahwa untuk mengetahui dan melakukan tugas yang seharusnya kita lakukan, secara sederhana dimulai dari apa-apa yang dapat kita lakukan saat ini. Segala modal dan bawaan serta potensi yang kita miliki harus kita gunakan semaksimal mungkin untuk melakukan apa-apa yang dapat kita lakukan. Apa-apa yang kita lakukan tersebut akan menjadi serangkaian identitas yang melengkapi diri dan menyimpulkan bahwa itulah aku.
Jadi, jika ditanya  siapakah aku? Maka cara bijak untuk menjawabnya bukan lah dengan ucapan melainkan dengan perbuatan yang dapat kita lakukan dengan segala modal dan potensi yang dimiliki.
Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah segala apa yang dapat kita lakukan itu baik untuk dilakukan atau buruk untuk dilakukan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Reflexion Time : Setelah Setahun Bekerja

Goes To Bali & Lombok | It's Started

Touring Sulawesi Selatan (Part 1)